BAB
I
PROFIL
KASUS
A.
IDENTITAS
ANAK.
Nama siswa :
RANGGA RADITYA
Sekolah : SD Inklusi Negeri Babatan V
Umur :
7 tahun
Kelas / Semester : Kelas I /
semester 1
Karakteristik Anak : Autis Ringan
Jenis Kelamin :
Laki- laki
Tempat dan Tgl Lahir :
Surabaya, 5 April 2003
Agama :
Islam
Anak Ke :
1 (Satu)
Status Anak :
Anak Kandung
Alamat Rumah :
Babatan V/18 Surabaya
B.
RIWAYAT
KELAHIRAN.
a. Sebelum
lahir.
1.
Ibu
sehat saat mengandung.
2. Ibu
pernah jatuh sakit…..pada usia kandungan….bulan.
b. Saat
lahir.
1. Lama
kandungan : a) cukup bulan,berat badan 3.5 gr,panajang 50 cm.
b) kurang bulan, berat
badan…gr,panjang……cm.
2. Melahirkan
di : a). Rumah bersalin/rumah sakit.
b). Rumah sendiri.
c). lainnya……
3.
ditolong oleh : a) dokter
b)
bidan
c) dukun beranak
d) lainnya….
4.
Proses kelahiran : a) normal
b) dengan…
5.
kelahiran bawaan : a)
ada,……………………….
b)
tidak ada.
6. makanan pertama bayi : a) ASI sampai
umur….-….bulan.
b) susu formula umur…-….bulan.
c) makanan tambahan lainnya……..
7.
imunisasi lengkap : a) ya
b) tidak
8.
pemeriksaan/penimbangan rutin : a) ya
b) tidak
c. Perkembangan.
1. Di
bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka :
1.1.Perkembangan
tengkurap anak a). sama
b) terlambat/ada
kelainan
1.2.Perkembangan
merangkak anak a) sama
b) terlambat/ada
kelainan
1.3.Perkembangan
duduk anak a) sama
b)
terlambat/ada kelainan.
1.4.Perkembangan
berjalan anak a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
2. Di
bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka :
2.1.Mulai
mengucap kata pada usia a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
2.2.Lancar
berbicara pada usia a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
3. Di
bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka subyek dala hal :
3.1.Menghisap
jempol a) sama
b) terlambat/ada
kelainan
3.2.Mengompol a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
3.3.Perhatian
trhdp lingkungan a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
3.4.Perasaan
takut a)
sama
b) terlambat/ada
kelainan
3.5.Perasaan
malu a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
3.6.Kegiatan
sehari hari a) sama
b)
terlambat/ada kelainan
4. Di
bandingkan denngan saudara/anak lainnya pada umumnya maka anak atau subyek
menjadi :
4.1.Mandi
sendiri a)
ya b) tidak.
4.2.Buang
air sendiri a) ya b) tidak.
4.3.Berpakaian
sendiri a) ya b) tidak.
4.4.Makan
sendiri a)
ya b) tidak.
4.5.Bermain
dengan mainan a) ya b) tidak.
4.6.Bergaul
dengan anak sebaya a) ya b)
tidak.
4.7.Taat
kepada orang tua a) ya b) tidak.
4.8.Lainnya …………………………..
5. Subyek
tidak pernah / pernah diserang
penyakit yang berat/ serius :
No
|
Jenis
penyakit
|
Lama
sakit
|
Pada
usia
|
Tempat
perawatan
|
Akibat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C. SPESIFIKASI
KEMAMPUAN DAN PERFORMENCE
Menurut informasi
yang kami terima dari orang tua dan pengajarnya, anak yang bernama Rangga
Raditya, secara spesifikasi kemampuan dan performence, anak tersebut tidak
memiliki kemampuan yang menonjol. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap
perkembangan pada anak yang meliputi kemampuan gerak, kemampuan komunikasi,
kemampuan tingkah laku sosial dan emosi, kemampuan kecerdasan, kemampuan
menolong diri.
1.
Kemampuan
gerak, yang meliputi gerak motorik kasar misalnya duduk, merangkak, berdiri,
berjalan dan gerak motorik halus misalnya memasukkan benang ke dalam jarum.
2.
Kemampuan
komunikasi, meliputi komunikasi pasif atau bahasa pasif yaitu kemampuan
mengungkapkan perasaan dan pikiran tanpa berbicara. Komunikasi aktif, anak masih
belum bisa karena didalam komunikasi aktif, anak harus mengungkapkan pikiran
dan perasaan melalui bicara atau ucapan sedangkan anak masih kesulitan
dalam mengeluarkan suara dan berbicara.
3.
Kemampuan
kecerdasan, didalam kemampuan ini, anak mampu membedakan bentuk dan warna.
4.
Kemampuan
menolong diri, antara lain makan – minum, merawat atau menjaga kebersihan diri,
berpakaian, menjaga keselamatan diri dan orientasi lingkungan.
D.
RIWAYAT
PERKEMBANGAN.
Dalam data yang
diperoleh penulis melalui SD Inklusi Babatan V Surabaya, penulis menyimpulkan
dalam daftar riwayat perkembangan tertulis bahwa Rangga mengalami lambat berbicara
pada usia 2,5 tahun. Hal tersebut mengakibatkan Rangga mengalami kesulitan
dalam pengucapan konsonan bilabial.
Selama berada di
SD Inklusi Babatan V Surabaya Rangga mengalami perkembangan tingkat kemampuan
yang cukup baik. Rangga mampu merespons perintah satu tahap, mampu mengontrol
dan menyatakan keinginan buang air kecil atau besar, serta beberapa kemampuan
kognitif lain yang di miliki Rangga selama menjalani pendidikan di SD Inklusi
Babatan V Surabaya.
E. DIAGNOSA
Diagnosa
dalam studi kasusu untuk Dina merujuk pada instrument diagnose sebagai bertikut :
INSTRUMENT
DIAGNOSIS PROGRAM HABILITASI
Nama siswa :
RANGGA RADITYA
Sekolah : SD INklusi Negeri Babatan V
Umur :
7 tahun
Kelas / Semester : Kelas I /
semester 1
Karakteristik Anak : Autis Ringan
Jenis Kelamin :
Laki- laki
Tempat dan Tgl Lahir :
Surabaya, 5 April 2003
Agama :
Islam
Anak Ke :
1 (Satu)
Status Anak :
Anak Kandung
Alamat Rumah :
Babatan V/18 Surabaya
1. Aspek
medis.
Kesehatan
umum
(diisi
oleh ahli)
|
Kesehatan
Gigi
|
Kesehatan
Anggota Badan
|
Tidak
ada kelainan :
-
Paru paru.
-
Jantung.
-
Ginjal.
-
Hati.
-
Pencernaan.
-
Asma.
Penyakit
telinga.
Radang
amandel.
Hipertensi.
Tumor.
Adipositus.
Malnutrisi.
Anemia.
|
Tidak
ada kelainan :
-
Radang gusi.
-
Sariawan.
-
Obsess parah pada gusi.
-
Gusi tinggal akar.
-
Gusi berlubang.
-
Karag gigi.
-
Dentofasial.
|
Tidak
ada kelainan :
-
Tulang belakang.
-
Spastic.
-
Athetoid.
-
Ataxia.
-
Salah bentuk.
-
Kelainan sendi.
-
Amputee.
-
Tidak lengkap..
-
Para plegia.
-
Hemiplegia.
-
Monoplegia.
-
Hemiplegia.
-
Tunanetra.
-
Low vision.
|
2. Aspek
mental, social dan psikologis.
-
Tunagarhita berat.
-
Tunagrahita ringan.
-
Kretinoid.
-
Down syndrome.
-
Agresif sukar menyesuaikan diri.
-
Agresif dapat menyesuaikan diri.
-
Menutup diri.
-
Pasif.
-
Hiperaktif.
-
Autism.
-
Phobia.
-
Kompulsif.
-
Epilepsy.
-
Bicara sendiri.
-
Menyakiti diri.
-
Mengganggu teman.
-
Penyimpangan seksual.
-
Sizoprenia.
-
Paranoid.
-
Learning
disability.
-
Psikosomatis.
-
Speech
delay.
-
Cleft palate.
-
Obsesi.
-
Halusinasi.
-
Aphasia.
-
Voice
disorder.
3. Aspek
keterampilan.
Kemampuan yang
telah dicapai oleh Rangga dalam masa stady kasus adalah sebagai berikut : kemampuan imitasi gerak motorik
kasar, kemampuan motorik halus seperti meronce, menjumput benda benda berukuran
kecil,dan menyusun puzel sederhana.
Keterampilan
komunikasi, meliputi komunikasi pasif atau bahasa pasif yaitu kemampuan
mengungkapkan perasaan dan pikiran tanpa berbicara. Komunikasi aktif, anak
masih belum bisa karena didalam komunikasi aktif, anak harus mengungkapkan
pikiran dan perasaan melalui bicara atau ucapan sedangkan anak masih kesulitan
dalam mengeluarkan suara dan berbicara.
4. Catatan.
Data yang
menunjang dalam penulisan, pengumpulan data dan pelaksanaan study kasus
terhadap Rangga adalah Rangga tidak pernah mengalami sakit yang berat sehingga
perlu dirawat dirumah sakit dalam jangka waktu yang panjang.
5. Kesimpulan.
Dari
kemampuan yang dimiliki anak diatas, yang menjadi sorotan saya untuk sebaiknya
diberikan program khusus adalah kemampuan komunikasinya, yaitu kemampuan
berbahasa aktif (berbicara) khususnya kemampuan mengucapkan konsonan bilabial.
Anak kurang mampu mengucapkan fonem /p/, /b/, dan /m/ dengan sempurna, yaitu:
1.
/p/
diucapkan mengecap
2.
/b/
diucapkan /mb/
3.
/m/
belum terbentuk
Oleh
karena itu, perlu bagi saya untuk
memberikan program bina bicara untuk memperbaiki pengucapan konsonan bilabial
tersebut sampai anak mampu.
F. PROGNOSA
Dari diagnosa
yang saya lakukan, akhirnya saya menyimpulkan bahwa anak yang bernama Rangga
Raditya apabila ingin mengalami perbaikan dalam pengucapan konsonan bilabial,
maka anak tersebut memerlukan beberapa program
terapi, antara lain :
1.
Pelatihan pernapasan
2.
Pelemasan organ bicara
3.
(Bina Bicara) Perbaikan pengucapan
konsonan bilabial, meliputi:
a.
Perbaikan pengucapan fonem /p/
b.
Perbaikan pengucapan fonem /b/
c.
Perbaikan pengucapan fonem /m/
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
PENGERTIAN
AUTISME.
Gangguan autisme
adalah salah satu gangguan yang berpengaruh pada perkembangan. Gangguan ini
adalah akibat dari adanya keabnormalitasan struktur dan fungsi otak. Dalam
beberapa penelitian gangguan autism terjadi akibat adanya kerusakan atau
gangguan yang terjadi pada masa kehamilan yaitu kerusakan otak atau factor
genetic yang menghambat pertumbuhan otak secara normal.
Cirri cirri gangguan autisme antara
lain :
1. Terjadi
keterlambatan serta deviasi dalam hubungan social.
2. Keterlambatan
atau bahkan mengalami gangguan
komunikasi.
3. Berprilaku
sterotip dan mannerism (mengulang ulang suatu prilaku, minat atau suatu
aktivitas tertentu).
4. Terjadinya
sebelum usia 36 bulan (3 tahun).
Criteria autism dalam Diagnostic
And Statistic Manual Of Mental Disorder IV (DSM) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan
kuantitatif dalam interaksi social seperi gangguan prilaku non verbal (kontak
mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak gerik untuk mengatur interaksi
social). Gangguan dalam perkembangan hubungan dan interaksi social.
2. Gangguan
kualitatif dalam berkomunikasi, seperti keterlambatan atau tidak adanya
perkembangan bahasa, mengalami gangguan bicara,gangguan bahasa yang sterotip
dan repertitive, tidak mampu mengawali suatu percakapan atau
mempertahankannya,tidak ada permainan ataupun imitasi social yang sopan dan
bervariasi.
3. Pola
prilaku, minat atau aktivitas yang stereotipik, repertitive dan terbatas
seperti kepatuhan yang terlihat sangat tidak fleksibel terhadap rutinitas, dan
tidak fungsional, cenderung melakukan kebiasaan aneh dalam gerak seperti
flapping, berputar putar dan menggoyangkan badan secara terus menerus tanpa
maksud tertentu.
Factor penyebab autisme sering
diasumsikan berragam, namun dari beberapa penelitian medis dapat disimpulkan
beberapa vaktor penyebab autisme :
1. Teori
psiko social.
2. Teori
biologis ( menjelaskan bahwa autisme disebabkan oleh factor genetic, factor
masa prenatal ataupun neonatal,factor neuroanatomi, dan hipotesis neurokemistri
).
3. Teori
imunologi.
4. Inveksi
virus.
B.
PENYEBAB
KELAINAN BICARA
Secara umum dapat dilihat
sebab-sebab kelainan bicara sebagai berikut:
1. Kelaian
sensoris organ penangkap
Dapat dilihat
apakah anak menderita gangguan tuli konduktif (conductive hearing loss) atau
tuli syaraf (sensori neural hearing loss), hal ini telah melalui pemeriksaan
dokter THT. Secara neurologis, apakah sebab-sebab kelainan disebabkan karena:
a. Keterlambatan
kematangan susunan syaraf
b. Gangguan
kerusakan di otak
Sebab-sebab
kelainan neurologis adalah adanya kerusakan susunan syaraf di otak. Bagi anak antara
lain anak tunarungu yang masih mempunyai sisa pendengaran yang baik namun
susunan syarafnyamendapat gangguan. Hasil pendengaran tidak bisa diolah di
otak, sehingga anak tidak mampu bicara dengan baik. Hal ini disebabkan:
1) Keterlambatan
kematangan susunan syaraf, salah satu contoh dinyatakan apabila anak sangat
terlambat belajar duduk atau berjalan maka seluruh perkembangannya akan
terlambat. Hal itu disebabkan karena kondisi syaraf-syarafnya lambat untuk
difungsikan, sehingga membawa akibat keterlambatan perkembangannya.
2) Brain
disfuction atau gangguan di otak sehingga kurang berfungsi. Dikatakan bahwa
apabila anak menderita salah satu gangguan di otak tadi (sering disebut brain
damage), ada kemungkinan anak menderita brain disfunction dibidang sensoris
yaitu gangguan yang berhubungan dengan panca indera (persepsi), gejala lain
apabila orang tua memberi keterangan bahwa anak pernah menderita panas dingin
dan kejang-kejang, akibatnya bisa menjalani brain disfunction yaitu gangguan
persepsi, gangguan short memory span, auditif inattention dan afasia reseptif.
Gangguan persepsi atau gangguan dalam pengolahan bahasa dapat mengakibatkan:
a)
Anak sukar membedakan suara/bunyi latar
belakang ataupun deretan bunyi
b)
Anak tidak sanggup meniru dan mengulangi
kata-kata.
c)
Kesulitan membedakan bunyi atau
fonem-fonem tertentu, seperti bunyi fonem /p/ berbunyi sama dengan fonem /b/.
dalam hal ini dipandang perlunya latihan ucapan dan latihan mendengar yang
efektif
3) Gangguan
short memory span (kesan ingatan pendek) yaitu bahwa anak tidak mampu mengingat
hal yang dilihat atau didengarnya peristiwa yang baru terjadi dan sering
terjadi anak hanya mengucapkan satu suku kata atau apabila anak mendengar
kata/suku kata kedua maka kata/suku kata pertama tidak diingatnya lagi
4) Auditif
Inattention yaitu anak kurang mampu dalam memusatkan perhatian terhadap
rangsangan auditif baik suaranya ataupun suara lingkungan yang akibatnya suara
bicaranya kurang jelas, terjadi penukaran fonem-fonem, jadi perhatiannya cepat
beralih (berpindah), sering juga menunjukkan bicara yang dilakukan cepat-cepat
5) Aphasia
jarang dijumpai pada anak-anak
2. Kelainan
motoris
Yaitu kelainan
yang dilihat dari kelainan alat-alat bicara. Yaitu. Organ suaranya mengalami
kelainan atau tidak, pemeriksaan lidah sebagai alat yang paling penting untuk
bicara, keadaan bibir, pemeriksaan rahang dan gigi, keadaan langit-langit
(lembut dan keras). Secara neurologis, kelainan yang disebabkan kelambatan
kematangan susunan syaraf dan brain disfunction, yaitu:
a. Gangguan
pada pengendalian dan pengorganisasian otot-otot alat bicara (disatri).
Gejalanya sebagai berikut:
1) Anak
mengalami kesulitan pada saat menelan, menghisap, mengunyah yang dalam hal ini
mengakibatkan kelainan bicara atau sulit bicara
2) Ada
yang sanggup mengunyah namun pada waktu menelananak hanya sanggup menelan
makanan cair, yang hal inipun akan mengakibatkan bicara anak tidak akan baik
dan orang tua harus tahu bila otot mulunya tidak dilatihdengan baik tidak
mungkin bicaranya bisa baik
3) Apabila
anak mengiler segera dibawa ke dokter syaraf untuk dikembalikan kepada perasaan
yang aman tidak tertekan, karena mengiler merupakan ketidaksanggupan anak
menelan ludah dimulutnya dan ketidaksanggupan otot mulut untuk segera menelan
ludahnya
4) Kelainan
dalam motorik halus, seperti memegang jarum yang kecil oleh telunjuk dan ibu
jari. Dijelaskan adanya hubungan antara kesanggupan motorik halus dengan
otot-otot mulut, ada hubungan motorik halus dengan tangan, seperti ketika anak
memegang jarum dengan lima jari, hal ini disebabkan karena motorik halusnya
tidak sanggup (ada kelainan) yang hal inipun memerlukan layihan-latihan.
5) Apabila
ternyata anak tidak sanggup untuk menggerak-gerakkan otot mulutnya dengan
lancaranak harus diperiksa.
b. Gangguan
kinestesis, yang aktif dalam hal ini
adalah syaraf prioreseptif yang tugasnya membawa kabar tentang keadaan otot ke
ujung otot yang ditujukan ke otak. Perasaan tersebut disebut kinestesis.
Gangguan kinestesis mengakibatkan kesulitan dalam mengucapkan kata-kata,
seperti anak hanya dapat meniru gerakan lidah, rahang dan bibir guru namun
tidak mampu untuk mengucapkan kata-katanya
c. Gangguan
pada hubungan pusat konsepsi (pengertian) dan engram-bank (pusat pola gerakan
otot bicara)
d. Afasia
ekspresif
3. Keterbelakangan
mental (mental retardation)
4. Factor-faktor
lingkungan
5. Factor-faktor
emosionail
Diagnose
ini sebagai hasil informasi yang didapat dari interview orang tua dengan dokter
dan hasil observasi terhadap anak yang perlu untuk menentukan jenis kelainan.
C. PROGRAM
BINA BICARA
1.
Pengertian
Pengajaran Bina Bicara
Suatu upaya/usaha sistematis untuk melakukan
tindakan belajar mengajar bicara dengan serangkaian usaha untuk membawa anak
didik memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mengekspresikan pikiran,
gagasan, dan perasaannya dengan cara berbicara.
2.
Tujuan Bina Bicara
1) Bidang
Pengetahuan
a. Cara
mengucapkan seluruh bunyi bahasa, 26 huruf (21 konsonan, 5 vokal)
b. Mengucapkan
kata, kelompok kata, dan kalimat bahasa indonesia.
c. Mengevaluasi
bicaranya sendiri. Berdasarkan audio, visual dan kinestetik.
d. Mengemudikan
alat bicaranya demi perbaikan dan peningkatan mutu bicaranya.
e. Pemulihan
kata kelompok kata yang tepat.
2) Bidang
keterampilan
a. Terampil
mengucapkan bunyi bahasa indonesia,
b. terapil
mengucapkan kelompok kata bahasa indonesia,
c. terampil
mengucapkan evaluasi bahasa indonesia.
d. Menggunakan
kata-kata, kelompk kata maupun kalimat sesuai dengan gagasan dan tatabahasa yg
baik dan benar.
3) Bidang
sikap
a. Senang
menggunakan cara bicara, dengan mengadakan komunikasi bersama orang lain.
b. Senang
mengadakan evaluasi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan untuk meningkatkan
kemampuan bicaranya.
3.
Tujuan
kulikuler Pengajaran bina bicara yang diinginkan ulang oleh metoda suara supaya
memiliki :
a. Keterampilan
bicara yang jelas
b. Keterampilan
menangkap dengan tepat ucapan lawan bicara.
c. Sikap
berfikir secara oral
d. Kebiasaan
mengevaluasi bicaranya sendiri.
e. Secara
sadar, mengemudikan alat ucapnya untuk peningkatan mutu bicaranya.
4.
Tujuan
Akhir Pengajaran Bicara
a. Anak
memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap dasar untuk
1) Berkomunikasi
di masyarakat
2) Bekerja
dan berintegrasi dengan kehidupan.
3) Berkembang
sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup
b. Segi
pengajaran bina bicara
1) Segi
komunikasi
2) Segi
pelambangan
3) Segi
teknik bicara
5.
Materi
Bina Bicara
Langkah-langkah
yang dilakukkan yaitu:
1) Latihan
prabicara
a. Keterarah
wajahan
b. Keterarah
suaraan
c. Pelemasan
organ bicara
d. Latihan
pernafasan
e. Latihan
pembentukan suara (menyadarkan anak untuk bersuara)
f. Merasakan
getaran
g. Menirukan
ucapan sambil meraba
h. Melafalkan
vokal
i.
Meraban sambil merasakan getaran.
2) Pembentukan
fonem
3) Pembetulan
penyadaran irama atau aksen
4) Pengembangan
BAB
III
PELAKSANAAN
INTERVENSI
A.
Program
Intervensi.
Program intervensi yang diberikan pada Rangga antara
lain program pelatihan pernapasan untuk bicara dan program bina bicara
perbaikan konsonan bilabial. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa ekspresi Rangga terutama dalam pengucapan konsonan bilabial.
Program Pelatihan Pernapasan Untuk
Bicara
Nama
Mata Pelajaran :
Bina Bicara
Topic :
Latihan Pernapasan untuk Wicara
Sasaran : Rangga Raditya
Media
: Meniup butiran streofom dalam botol
Tujuan
:
Ø Melalui
pelatihan pernapasan untuk bicara, siswa dapat mengerti instruksi yang
diberikan dengan baik
Ø Melalui
media meniup butiran streofom dalam
botol,
Rangga Raditya dapat berlatih mengontrol tiupan menjadi panjang dan lembut
Waktu
Pemberian Latihan:
± 5 menit sebelum diberikan latihan pelemasan organ bicara
Kegiatan Pelatihan:
Ø Guru
mengajak siswa untuk memperhatikan contoh penggunaan media meniup butiran streofom dalam botol
yang dilakukan oleh guru
Ø Guru
mengajak siswa untuk berlatih pernapasan dengan menggunakan media meniup butiran streofom dalam botol
secara bergantian
Ø Guru
memperhatikan cara siswa meniup butiran
streofom
dengan
sedotan
1) Jika
butiran streofom didalam botol terangkat dibawah garis batas,
berarti tiupan (pernapasan) panjang dan lembut
2) Jika
butiran streofom didalam botol terangkat diatas garis batas,
berarti tiupan (pernapasan) pendek dan keras.
Ø Guru
memberikan pelatihan berulang (minimal 3 kali) kepada siswa sampai siswa mampu
meniup butiran streofom
didalam botol
dengan tiupan yang panjang dan lembut
|
h. Evaluasi
Dilaksanakan
untuk setiap siswa selama kegiatan berlangsung (bentuk check list) yang telah
disiapkan.
Program Bina Bicara Perbaikan
Pengucapan Konsonan Bilabial
a.
Perbaikan
Pengucapan Fonem /p/
1. Kondisi
Awal Anak :
Fonem
/p/ diucapkan mengecap
2. Program
yang Diberikan :
Saya
memberikan program atas kesalahan yang terjadi (pengucapan fonem /p/ dengan
mengecap) yaitu program bina bicara perbaikan pengucapan konsonan bilabial
yaitu pada fonem /p/
Pembentukan
fonem /p/
· Kedua
bibir mengatup rapat, otot tegang sehingga menghambat aliran udara lewat mulut
· Pipi
tegang tetapi tidak cembung
· Letak
lidah datar
· Jika
hambatan ditiadakan, dengan meletupkan udara lewat mulut secara tiba-tiba,
terjadilah letupan yang sempurna, langit-langit terangkat, terbentuklah /p/.
3. Tujuan
:
Diharapkan
siswa mampu mengucapkan fonem /p/ dengan pengucapan yang sempurna.
4. Alat
dan Bahan :
·
Cermin
·
Beberapa gambar contoh penggunaan fonem
/p/. contoh payung, maka terdapat gambar payung
·
Lembar penilaian
5. Langkah-Langkah
Kegiatan:
1)
Setelah anak melakukan pelatihan
pernapasan dan pelemasan organ bicara, anak kita ajak untuk merilekskan diri
dengan melakukan percakapan kecil dengan kita
2)
Tunjukkan beberapa gambar yang
menunjukkan adanya pengucapan fonem /p/ contoh gambar payung.
3)
Ajak anak untuk menyebutkan apa yang ada
pada gambar yaitu mengucapkan kata “payung”
4)
Ajaklah anak untuk memperhatikan bibir
guru pada cermin dan suruhlah anak untuk menirukan apa yang diucapkan guru
5)
Ucapkan “payung” kemudian suruh anak
meniru
6)
Tuliskan suku kata pa, pi, pu, pe, po
lalu ajak anak meraban
Pa
pa pa pa
paaaaaaaaaa pa
pa papa pa papa pa
Po
po po po poooooooo po pop po popo pop o
Dan
seterusnya
7)
Guru memberitahukan fonem /p/ yang
diucapkan meletup bukan mecap. Beri contoh pengucapannya yang salah lalu
betulkan dengan ucapan yang benar.
8)
Ajaklah anak untuk merasakan udara
meletup yang keluar dari mulut kita dengan ujung jarinya
9)
Beri kesempatan anak untuk mencoba,
bersamaan dengan itu silangkan tangan guru ke mulut anak dan tangan anak ke
mulut guru untuk mengontrol letupan
10) Berilah
reward pada anak jika anak bisa melakukan
6. Penilaian
:
· Penilaian
dapat dilakukan selama proses bina bicara berlangsung
· Suruhlah
anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih
· Suruhlah
anak membacakan kalimatyang banyak mengandung fonem /p/
7. Tindak
Lanjut :
Suruh
anak mengucapkan fonem /p/ dalam berbagai variasi vocal dan berbagai variasi
posisi.
b.
Perbaikan
Pengucapan Fonem /b/
1. Kondisi
Awal Anak :
Fonem
/b/ diucapkan /mb/
2. Program
yang Diberikan :
Saya
memberikan program atas kesalahan yang terjadi (pengucapan fonem /b/ yang
diucapkan /mb/) yaitu program bina bicara perbaikan pengucapan konsonan
bilabial yaitu pada fonem /b/
Pembentukan
fonem /b/
· Posisi
bibir bawah dan atas saling menekan (mengatup tetapi tidak tegang)
· Posisi
lidah mendatar, gigi atas dan bawah tidak saling bersentuhan
· Pita
suara bergetar, aliran udara terhambat didalam rongga mulut
· Jika perhentian udara secara tiba-tiba ditiadakan
oleh hembusan napas, terjadilah letupan lemahbersuara dan terbentuklah fonem /b/.
3. Tujuan
:
Diharapkan
siswa mampu mengucapkan fonem /b/ dengan pengucapan yang sempurna.
4. Alat
dan Bahan :
·
Cermin
·
Beberapa gambar contoh penggunaan fonem
/b/. contoh baju, maka terdapat gambar baju
·
Lembar penilaian
5. Langkah-Langkah
Kegiatan:
1) Setelah
anak melakukan pelatihan pernapasan dan pelemasan organ bicara, anak kita ajak
untuk merilekskan diri dengan melakukan percakapan kecil dengan kita
2) Tunjukkan
beberapa gambar yang menunjukkan adanya pengucapan fonem /b/ contoh gambar
baju.
3) Ajak
anak untuk menyebutkan apa yang ada pada gambar yaitu mengucapkan kata “baju”
4) Ajaklah
anak untuk memperhatikan bibir guru pada cermin dan suruhlah anak untuk
menirukan apa yang diucapkan guru
5) Ucapkan
“baju” kemudian suruh anak meniru
6) Tuliskan
suku kata ba, bi, bu, be, bo lalu ajak anak meraban
ba
ba ba ba
baaaaaaaaaa ba
ba baba ba baba ba
bo
bo bo bo
boooooooo bo bob
bo bobo bo bo
Dan
seterusnya
7) Guru
memberitahukan dengan tulisan pengucapan anak salah /mb/ seharusnya /b/, jangan
ada udara yang melalui hidung atau tidak sengau.
8) Ajaklah
anak untuk merasakan getaran /m/ dihidung dan anak tidak boleh ada getaran
dihidung.
9) Beri
kesempatan anak untuk mencoba, bersamaan dengan itu silangkan tangan guru ke
hidung anak dan tangan anak ke hidung guru untuk mengontrol getaran
10) Berilah
reward pada anak jika anak bisa melakukan
6. Penilaian
:
· Penilaian
dapat dilakukan selama proses bina bicara berlangsung
· Suruhlah
anak mengucapkan kembali kata-kata yang dilatih
· Suruhlah
anak membacakan kalimatyang banyak mengandung fonem /b/
7. Tindak
Lanjut :
Suruh
anak mengucapkan fonem /b/ dalam berbagai variasi vocal dan berbagai variasi
posisi.
c. Perbaikan Pengucapan Fonem /m/
1.
Kondisi Awal Anak :
Pengucapan fonem
/m/ belum terbentuk
2.
Program yang Diberikan :
Saya memberikan program
atas kesalahan yang terjadi (pengucapan fonem /m/ yang belum terbentuk) yaitu
program bina bicara perbaikan pengucapan konsonan bilabial yaitu pada fonem /m/
Pembentukan fonem /m/
·
Kedua bibir mengatup rapat tetapi tidak
sengau, gigi atas dan gigi bawah tidak bertemu (terbuka).Aliran udara melalui
hidung karena kedua bibir saling menutup
·
Udara di dalam rongga mulut beresonasi
sehingga getarannya dapat dirasakan pada pipi, hidung, telinga dan leher
·
Posisi lidah mendatar, langit-langit
lembut tidak tegang dan pipi tidak cembung
3.
Tujuan :
Diharapkan siswa mampu
mengucapkan fonem /m/ dengan pengucapan yang sempurna.
4.
Alat dan Bahan :
·
Cermin
·
Beberapa gambar contoh penggunaan fonem
/m/. contoh melon, maka terdapat gambar melon
·
Lembar penilaian
5.
Langkah-Langkah Kegiatan:
1)
Setelah anak melakukan pelatihan
pernapasan dan pelemasan organ bicara, anak kita ajak untuk merilekskan diri
dengan melakukan percakapan kecil dengan kita
2)
Tunjukkan beberapa gambar yang
menunjukkan adanya pengucapan fonem /m/ contoh gambar melon.
3)
Ajak anak untuk menyebutkan apa yang ada
pada gambar yaitu mengucapkan kata “melon”
4)
Ajaklah anak untuk memperhatikan bibir
guru pada cermin dan suruhlah anak untuk menirukan apa yang diucapkan guru
5)
Ucapkan “melon” kemudian suruh anak
meniru
6)
Tuliskan suku kata ma, mi, mu, me, mo
lalu ajak anak meraban
ma
ma ma ma
maaaaaaaaaa ma ma
mama ma mama
mo
mo mo mo moooooooo mo mom mo momo mo
Dan
seterusnya
7)
Sadarkan anak akan kesalahan ucapan itu
dengan menuliskan “melon” dan apa yang diucapkan.
8)
Ajaklah anak untuk menggumam dan merasakan getaran /m/ pada bibir, telinga, hidung dan leher.
9)
Beri kesempatan anak untuk mencoba,
bersamaan dengan itu silangkan tangan guru ke bibir, telinga, hidung dan leher
anak dan tangan anak ke bibir, telinga, hidung dan leher guru untuk mengontrol
getaran
10)
Berilah reward pada anak jika anak bisa
melakukan
6.
Penilaian :
·
Penilaian dapat dilakukan selama proses
bina bicara berlangsung
·
Suruhlah anak mengucapkan kembali
kata-kata yang dilatih
·
Suruhlah anak membacakan kalimat yang
banyak mengandung fonem /m/
7.
Tindak Lanjut :
Suruh anak mengucapkan
fonem /m/ dalam berbagai variasi vocal dan berbagai variasi posisi.
B.
Pelaksanaan
Kegiatan Intervensi.
Pelaksanaan
interfensi dilaksanakan pada minggu kedua setelah pada minggu pertama melakukan
pengamatan dan obserfasi.
Program Intervensi Yang Telah
Dilaksanakan
Nama siswa :
RANGGA RADITYA
Sekolah : SD Inklusi Negeri Babatan V
Umur :
7 tahun
Kelas / Semester : Kelas I /
semester 1
Karakteristik Anak : Autis Ringan
No
|
Materi
treatment.
|
14/05/10
|
18/05/10
|
23/05/10
|
26/05/10
|
1
|
Latihan
Pernapasan:
1. Meniup
butiran streofom sampai terangkat namun masih dibawah garis batas (pernapasan
panjang dan lembut)
2. Meniup
butiran streofom sampai terangkat hingga melebihi garis batas (pernapasan
pendek dan keras)
|
|
|
|
|
2
|
Perbaikan
fonem /p/:
1.
Kedua bibir mengatup rapat
2.
Pipi tegang tetapi tidak cembung
3.
Letak lidah datar
4.
Meletupkan udara lewat mulut
secara tiba-tiba
5.
Langit-langit terangkat
6.
Membunyikan fonem /p/
|
|
|
|
|
3
|
Perbaikan
fonem /b/:
1.
Posisi bibir bawah dan atas
saling menekan
(mengatup
tetapi tidak tegang)
2.
Posisi lidah mendatar
3. Gigi
atas dan bawah tidak saling bersentuhan
4.
Pita suara bergetar
5.
Aliran udara terhambat didalam
rongga mulut
6.
Melakukan perhentian napas secara
tiba-tiba
7.
Membunyikan fonem /b/
|
|
|
|
|
4
|
Perbaikan
fonem /b/:
1. Kedua
bibir mengatup rapat tetapi tidak sengau
2. Gigi
atas dan gigi bawah tidak bertemu (terbuka)
3. Aliran
udara melalui hidung karena kedua bibir saling menutup
4. Udara
di dalam rongga mulut beresonasi sehingga getarannya dapat dirasakan pada
pipi, hidung, telinga dan leher
5. Posisi
lidah mendatar
6. Langit-langit
lembut tidak tegang
7. Pipi
tidak cembung
8. Membunyikan
fonem /m/
|
|
|
|
|
C.
Penilaian
Hasil Intervensi.
Berikut ini
adalah penilaian hasil intervensi dalam study kasus pada Rangga :
Pelaksanaan Program
Nama siswa :
RANGGA RADITYA
Sekolah : SD Inklusi Negeri Babatan V
Umur :
7 tahun
Kelas / Semester : Kelas I /
semester 1
Karakteristik Anak : Autis Ringan
kode
|
materi
|
progres
|
1.1
|
Melakukan
pernapasan panjang dan lembut
|
(3)
(4) (4) (5)
|
1.2
|
Melakukan
pernapasan pendek dan keras
|
(4)
(5) (5) (5)
|
2.1
|
Kedua
bibir mengatup rapat
|
(4) (4) (5) (5)
|
2.2
|
Pipi
tegang tetapi tidak cembung
|
(4) (5) (5) (5)
|
2.3
|
Letak
lidah datar
|
(5) (5) (5) (5)
|
2.4
|
Meletupkan
udara lewat mulut secara tiba-tiba
|
(3) (4) (5) (5)
|
2.5
|
Langit-langit
terangkat
|
(1) (2) (3) (4)
|
2.6
|
Membunyikan fonem /p/
|
(0)
(1) (2) (3)
|
3.1
|
Posisi
bibir bawah dan atas saling menekan (mengatup tetapi tidak tegang)
|
(4) (4) (5) (5)
|
3.2
|
Posisi
lidah mendatar
|
(4) (4) (5) (5)
|
3.3
|
Gigi
atas dan bawah tidak saling bersentuhan
|
(5) (5) (5) (5)
|
3.4
|
Pita
suara bergetar
|
(4) (5) (5) (5)
|
3.5
|
Aliran
udara terhambat didalam rongga mulut
|
(4) (4) (5) (5)
|
3.6
|
Melakukan
perhentian napas secara tiba-tiba
|
(3) (4) (5) (5)
|
3.7
|
Membunyikan fonem /b/
|
(1)
(2) (3) (4)
|
4.1
|
Gigi
atas dan gigi bawah tidak bertemu (terbuka)
|
(1) (2) (3) (3)
|
4.2
|
Kedua
bibir mengatup rapat tetapi tidak sengau
|
(1) (2) (2) (3)
|
4.3
|
Aliran
udara melalui hidung karena kedua bibir saling menutup
|
(1) (2) (3) (4)
|
4.4
|
Udara
di dalam rongga mulut beresonasi sehingga getarannya dapat dirasakan pada
pipi, hidung, telinga dan leher
|
(1) (2) (3) (3)
|
4.5
|
Posisi
lidah mendatar
|
(1) (2) (3) (3)
|
4.6
|
Langit-langit
lembut tidak tegang
|
(1) (2) (2) (3)
|
4.7
|
Pipi
tidak cembung
|
(1) (2) (3) (3)
|
4.8
|
Membunyikan fonem /m/
|
(1)
(2) (2) (3)
|
Kriteria penilaian :
0. Dengan
bantuan penuh.
1. Dengan
bantuan 75 %.
2. Dengan
bantuan 50 %.
3. Dengan
bantuan 25 %.
4. Dengan
bantuan 10 %
5. Mandiri.
D.
Hasil
Intervensi.
Hasil
intervensi yang telah dilakukan dalam study kasus pada Rangga secara umum belum
dapat dikatakan memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan waktu
pertemuan yang terbatas, proses terapi atau latihan yang kurang konsisten,
serta terbatasnya waktu dalam study kasus. Namun demikian hasil yang diperoleh
dalam study kasus ini cukup memberikan kontribusi baik untuk anak maupun
lembaga. Hasil yang diperoleh untuk anak antara lain adalah kemampuan anak bernapas
untuk bicara. Anak mampu melakukan penghematan napas yaitu pernapasan panjang
dan lembut, namun anak juga mampu melakukan pernapasan yang pendek dan keras.
Selain
itu Rangga juga mampu melakukan perbaikan konsonan bilabial yaitu fonem
/p/,/b/, dan /m/ dengan baik yaitu terlihat pada hasil intervensi yang
mengalami progress atau kemajuan.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil.
Hasil yang
diperoleh dalam intervensi study kasus pada Rangga tidak dapat dikatakan
sempurna dan memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini dikarenakan berbagai
kendala yang dihadapi di lapangan dan masalah waktu yang terbatas.
Hasil yang diperoleh dalam study kasus
terhadap Rangga antara lain sebagai berikut :
1. Kemampuan
melakukan pernapasan untuk bicara.
a. Melakukan
pernapasan yang panjang dan lembut
b. Melakukan
pernapasan yang pendek dan keras
2. Perbaikan
pengucapan konsonan bilabial.
a. Perbaikan
pengucapan fonem /p/
b. Perbaikan
pengucapan fonem /b/
c. Perbaikan
pengucapan fonem /m/
B. Pembahasan.
Pembahasan
dalam study kasus ini dimaksudkan agar pelaksanaan program maupun intervensi
dapat diperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut haruslah di laksanakan dengan
konsistensi dan dedikasi tinggi. Konsisten disini dimaksudkan agar apa yang
telah dicapai oleh anak dapat di tindak lanjuti oleh lembaga sekolah dan
diteruskan di rumah. Olehkarena itu keterlibatan semua pihak, baik guru, orang
tua dan pihak pihak tertentu yang bersangkutan dengan tumbuh kembang anak dapat
terjalin dengan baik.
Permasalahan
utama penentu suatu keberhasilan dalam study kasus ini adalah waktu.
Terbatasnya waktu dalam pelaksanaan study kasus sehinngga hasil yang dicapai
kurang maksimal.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN.
Setiap
anak, meskipun sama sama memiliki gangguan autism, mereka memiliki kebutuhan
dan karakteristik yang berbeda beda. Oleh karena itu sangat diharuskan seorang
terapis memahami kebutuhan khusus dan karakteristik anak yang di bimbingnya
secara mendalam untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.
Selain
itu kerja sama berbagai pihak akan sangat membantu dalam penetuan program yang
sesuai bagi anak. Keterlibatan orang tua atau pengasuh anak di rumah akan
sangat membantu pesatnya perkembangan anak seperti yang telah dprogramkan atau
di harapkan.
B. SARAN.
Dalam
penulisan laporan ini penulis member saran :
1.
Sebelum masa intervensi kiranya
mahasiswa lebih menekankan pada proses pengamatan dan observasi secara lebih
mendalam.
2.
Penggunaan media bahan ajar yang sesuai
harus dipersiapkan lebih matang.
3.
Keikut sertaan orang tua dalam
setiapprogram sekolah bagi anak sangat penting. Olehkarena itu orang tua harus
melanjutkan program terapi di rumah untuk memperoleh hasil yang lebih optimal.
DAFTAR
PUSTAKA.
Sadjaah,Edja
dan Sukarja,Darjo.1995.Bina Bicara, Persepsi Bunyi dan Irama:Bandumg.Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Astari,Sri.sepecial need education http://dunia-anak.blogspot.com.html
diakses pada 17 oktober 2009.
Dafrizal,jamri.2008.Anak
Anak Yang Tidak Biasa (online) http://jamri-Exeptional-children.com
diakses 05 Desember 2009.
Depdikbud.1995.Pendidikan
Luar Biasa.Jakarta : Depdikbud.
Nuraini,Alyah.2008.Eksistensi
Anak Tunagrahita (online) http://aliyahnuraini.wordpress.com
diakses 05 desember 09.
Nakita.2000. Menagani Anak Autis.cetakan petama.
Jakarta. PT Gramedia.
Qamariah,Nurul.2006.Keterampilan Motorik dan Sikap (online) http://alyaqanitha.wordpress.com
diakses pada 07 desember 20009.
DOKUMENTASI PELAKSANAAN INTERVENSI
(RANGGA RADITYA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar